Dalam perjalanan karier (career journey), resign tanpa memiliki pekerjaan baru bukanlah hal yang mustahil. Sebagai HR sekaligus pernah berada di posisi karyawan, saya memahami bahwa kondisi ini bisa terjadi pada siapa saja.
Ada banyak alasan yang membuat seseorang akhirnya memutuskan untuk resign meskipun belum mendapatkan pekerjaan pengganti. Tentu, secara ideal akan lebih aman dan tenang bila resign setelah ada kepastian pekerjaan baru. Namun, pada kenyataannya setiap individu punya pertimbangan matang masing-masing 😊
Lalu pertanyaannya: Apa saja aktivitas yang sebaiknya dilakukan ketika resign, tetapi belum mendapatkan pekerjaan baru? Apakah harus langsung melamar kerja?
Disclaimer: Jawaban ini saya tulis berdasarkan sudut pandang pribadi. Sebelum mendirikan Bicara HR, saya juga pernah berada di posisi karyawan yang resign tanpa memiliki “pekerjaan baru”. Jadi, inilah langkah-langkah yang saya lakukan:
1. Tentukan Target Batas Waktu
Langkah pertama adalah membuat target batas waktu maksimal kapan harus kembali bekerja.
Hal ini sangat bergantung pada kondisi finansial—khususnya seberapa besar tabungan yang disiapkan untuk menjalani hari-hari sebagai jobseeker. Pertimbangan inilah yang sebaiknya sudah matang sejak awal memutuskan resign.
2. Susun Rencana Aktivitas dengan Timeline yang Jelas
Setelah resmi menjadi jobseeker, saya sempat “menikmati” waktu bebas. Misalnya, hari pertama setelah resign, saya tidur setelah subuh dan baru bangun saat zuhur. Malamnya, saya mulai membuat timeline activity plan untuk beberapa bulan ke depan.
Isi dari rencana aktivitas itu antara lain:
- Menentukan berapa lama akan mengambil free time untuk istirahat sejenak, sebagai bentuk apresiasi atas kerja keras selama menjadi karyawan. Saat itu, saya memilih travelling sesuai batas waktu yang sudah ditentukan.
- Menyusun jadwal untuk review dan update CV agar lebih kompetitif dalam mencari pekerjaan baru.
- Menentukan pelatihan atau kursus yang relevan untuk meningkatkan nilai CV, sekaligus sebagai bentuk keseriusan dalam self-development.
- Membuat target kapan mulai melamar pekerjaan baru, termasuk berapa jumlah lamaran yang harus dikirim per hari. (Penting diingat: jangan asal apply, tetap fokus pada relevansi karier dari satu posisi ke posisi lain.)
3. Jalankan Rencana Secara Konsisten
Perencanaan hanya akan berhasil bila dijalankan secara konsisten. Saya memperlakukan aktivitas ini seolah-olah sedang bekerja di kantor, dengan sistem:
- Daily review
- Weekly review
- Monthly review
Jika target tidak tercapai, saya evaluasi penyebabnya dan mencari solusi. Saat itu, saya bahkan membuat Pi-Ca (Problem Identification & Corrective Action) sederhana untuk memetakan masalah dan jalan keluarnya.
4. Lakukan Positive Affirmation
Selain strategi teknis, hal yang tidak kalah penting adalah menjaga mindset. Saya selalu melakukan positive affirmation agar tetap semangat dan fokus dalam menjalani fase transisi ini.
Hasilnya? Alhamdulillah, saya mendapatkan pekerjaan baru lebih cepat dari target waktu yang saya tetapkan 😊
Resign tanpa pekerjaan baru memang penuh risiko, tapi bukan berarti tidak bisa dijalani dengan baik. Dengan perencanaan yang matang, konsistensi, serta afirmasi positif, masa transisi ini bisa menjadi momen berharga untuk pengembangan diri dan juga karier.
Semoga pengalaman saya ini bermanfaat bagi teman-teman yang sedang mempertimbangkan hal serupa. Ingat, setiap perjalanan karier itu unik—temukan ritme yang paling sesuai dengan diri Anda
0 Komentar